Melakukan perjalanan
alias jalan-jalan ke negri orang tentu punya berbagai alasan, salah satunya
mengamati perbedaan dan persamaan budaya daerah tujuan dengan negri asal kita.
Kali ini saya akan cerita sedikit daerah kunjungan saya beberapa waktu yang lalu
yaitu negara tetangga kita Malaysia dan Singapor.
Sama halnya dengan di
Indonesia khususnya Jakarta, sebagian besar daerah mereka juga banyak gedung
pencakar langit, perumahan, jalan tol, mall, juga kemacetan dan menurut cerita
ternyata kuala lumpur juga sering kebanjiran, dulunya. Namun jika melihat tata
kotanya memang jauh berbedalah, mereka dengan cantik mengatur kota.
Kemacetan, jika di Kuala lumpur kemacetan
sering terjadi pada jam kantor saat pagi, siang dan menjelang sore, dan jenis
kendaraan yang memenuhi badan jalan cuma kendaraan roda empat, lalu kemana
kendaraan roda dua alias sepeda motor? Nah...hampir tidak ditemukan mungkin
1:1000 dengan mobil, hampir lupa motor yang saya jumpai itu tidak sekeren motor
di Indonesia bahkan mereka masih memakai motor jadul model 80-an dan merek
mobil-mobil tersebut tidak beraneka ragam yang paling mendominasi ada beberapa
merek yang ternyata itu adalah produk dalam negerinya mereka mulai dari mobil
kelas mewah sampai sederhana, semangat menggunakan dan cinta produk dalam
negerinya emang bisa dikasih jempol. Salah satu yang melatarbelakangi mereka
lebih memilih mobil adalah adanya dukungan dari pemerintah berupa subsidi,
apalagi kalau sudah punya mobil sebelumnya maka akses untuk membeli mobil
berikutnya jadi lebih gampang, ini benar-benar merupakan teknik penjualan
produk dalam negeri yang sangat ampuh, selain menciptakan mindset cinta produk
dalam negeri. Nah masalah macet dan banjir bisa mereka atasi sekaligus dengan
adanya smart road-jalan pintar, ketika kering digunakan sebagai jalan dan saat
hujan dialih fungsikan sebagai gorong atau saluran air sehingga tidak lagi
menggenangi kota, bisa jadi ini sudah diwacanakan oleh ahli tata kota di
Indonesia.
Pedagang kaki lima, setiap daerah tentu punya budaya
jual beli. Kalau berkunjung ke malaysia tentu tidak lupa berkunjung ke
Chinatown di jalan Petaling yang terkenal itu, di sana kita dapat menjumpai
pedagang kaki lima beraneka ragam jualan mulai dari makanan, souvenir, hingga
fashion, sedangkan dipinggiran jalan ataupun
di atas trotoar tidak satupun terlihat lapak jualan pedagang kaki lima apalagi
pedagang keliling atau yang ngasong. Apa pasal bisa macam tu? Mereka punya satu
badan yang mengawasi ketertiban di jalan lebih kurang seperti pamong praja
satpol PP nya Indonesia, jadi jalanan disana benar-benar bersih, eh tapi ketika
berhenti di KLCC twin tower saya melihat seorang wanita dengan dua buah benda
yang berfunggsi ganda yang dijual ke pengunjung yang numpang poto-poto di sana,
ga tau juga sih legal atau ga soalnya si makcik cuma bawa sample tu je..sekedar
info tu barang di kasih penawaran RM 30.
Pom bensin, kalau ngebahas pom bensin saya mau
bandingkan dengan Duri, salah satu daerah penghasil minyak di Riau, Walaupun
hanya kecamatan namun jumlah pasokan BBM untuk masyarakat dari dua buah spbu
selalu tidak mencukupi, namun ada fenomena menarik yang (baru) hanya saya temui
di Duri, di SPBU hampir setiap hari tertulis “Maaf, premium habis” lah di
samping SPBU malah banyak yang jual bensin mulai dari yang pake botol air
mineral sampai yang pakai pertamini drum dengan sistem pompa berjejer di
sepanjang jalan bahkan dengan jarak setiap 10 meter, gila bukan?, katanya sih
ini ada hubungannya dengan sindikat perdagangan gelap bahan bakar yang oleh
oknum yang sengaja dijual ke pihak industri dengan harga sangat tinggi dan
dengan keuntungan berlipat, menurut pengakuan seorang yang pernah ditawari
bisnis ini katanya sehari bisa untung 50 jutaan. Jika dibandingkan dengan
negara tetangga yang merdekanya 12 tahun sesudah kita, pengolahan dan
pendistribusian bahan bakarnya jauh lebih maju, pemerintah memberikan kebebasan
bagi setiap perusahaan untuk menjual bahan bakar produksi mereka dengan jarak
antar Stasiun pengisian ditentukan, karena dalam satu SPBU terdapat beberapa jenis
merek dagang perusahaan seperti Caltex, Pertronas, dll dengan sistem self
service tanpa petugas penjaga, pembeli membayar lalu mengisikan sendiri ke
kendaraan mereka, berharap sistem seperti ini bisa diterapkan di Indonesia,
terutama di Padang dan di Duri.
Baucar buku, saat melintasi jalan menuju batu cave tak
sengaja saya melihat sebuah spanduk di depan supermarket bertuliskan “menerima
baucar buku” setelah diselidiki ternyata artinya voucher buku, jadi ini semacam
program pemerintah dalam mendukung pendidikan, biasanya baucar buku di berikan
kepada mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan buku perkuliahan mereka setiap
tahunnya, hmm...jadi ngayal kalau di daerah kita juga dikasih begituan,
kira-kira gimana ya respon warga?
Bantuan biaya hidup, lain
lagi halnya bagi mereka yang bekerja namun dengan gaji dibawah standard maka
akan diberi bantuan hidup setiap bulannya, dengan syarat bagi yang sigle dengan
penghasilan dibawah RM 1500 dan yang berkeluarga dengan penghasilan di bawah RM
3000.
Rumah makan padang ala
prasmanan, bukan
fenomena baru lagi di dunia ini dimana-mana ada rumah makan padang bahkan
katanya kalau dibulan ada manusia pastilah rumah makan padang bakal buka cabang
juga di sana. Kalau di negri asalnya dari dulu saya belum temui rumah makan
padang prasmanan ini karena rumah makan
padang identik dengan pelayanannya, baru masuk dan duduk aja sudah dihidangkan
teh manis lalu jika ingin makan dihidang maka akan datanglah berbagai jenis
lauk, sayur dan sambal di piring-piring kecil yang ditenteng dengan kedua
tangan, yah bisa ngebanginlah gimana cara pelayannya bawa piring bisa sampai
sepuluh buah dengan kedua tangannya, setelah makan baru lah diberikan
tagihannya, serunya lagi kalau makan nasi aja trus ditambah kuah-kuah aja tanpa
lauknya pastilah bayarnya ga perlu mahal
(ups..modus ketahuan) tapi ingat
kasihan tuh yang udah menghidangkan. By
the way, selain ada di Malaysia saya juga pernah makan di Rumah makan
padang prasmanan di Jaksel dekat kampus Univ Pancasila. Melihat perkembangan
zaman dan kebutuhan akan waktu dan efisiensi bisa jadi ini merupakan hal yang
melatarbelakangi munculnya ala prasmanan ini, ya ga ada salahnya toh move on.
Jalur kanan untuk
mendahului,
slogan ini biasa kita temui di jalanan terutama jalan tol nah kalau di Singapura hal ini berlaku juga di eskalator, jadi kalau kamu mau santai dan diam ga
bergerak silahkan pilih jalur kiri dan berikan ruang di sebelah kananmu untuk
orang-orang yang sedang buru-buru dikejar waktu, secara...kehidupan berjalan
cepat baik di permukaan atau di dalam tanah seperti semut-semut dalam lorong
tanah.
Asyiknya Nyebrang di
Singapur,
dikenal dengan negara fun bisa berarti kesenangan bisa juga denda, jelas semua
peraturan ada konsekuensi dendanya dan itu ga tanggung-tanggung jumlahnya,
salah satunya kalau pengemudi nabrak orang yang nyebrang di zebra cross,
pengemudi bisa dicabut izin mengemudinya dan bayar denda, jadinya kalau kita
nyebrang apalagi cuma berdiri di pinggir trotoar depan zebra cross aja otomatis
kendaraan pada berhenti nungguin kita lewat, nah jadi inget cover albumnya the
betle’s (bener g sih tulisannya, maklum bukan penggemar).
----bersambung
Komentar
Posting Komentar