Langsung ke konten utama

Akikah Humairah

Lagi senang-senang aja nih nuangkan ide dan kisah-kisah, padahal ini ceritanya udah lebih dari 4 bulan yang lalu, tepatnya pada saat hari akikahnya Humairah, putri pertama saya.
Humairah lahir dengan normal Hari Senin tanggal 15 Rabi'ul Awal 1437 H tepatnya 25 Januari 2016, inipun lahirnya lebih cepat 15 hari dari HPL USG, jadinya saya masih santai dan belum memasukkan surat izin cuti di tempat kerja, begitu juga dengan suami yang sudah punya planning minggu depannya mengadakan ujian kenaikan tingkat untuk muridnya.
Nahh...Hari senin itu mau berangkat sekolah eh malah keluar tanda.
Alhamdulillah proses kelahiran ini ditemani full oleh suami juga dukungan dari keluarga, kami dapat melewati proses ini dengan lancar dan tanpa hambatan malah masih sempat poto selfian diantara kontraksi di ruang bersalin, gila.

Hampir seminggu setelah kelahirannya, putri kecil ini belum juga dikasih nama oleh orang tuanya, masih bingung menentukan yang mana saking banyaknya pilihan, akhirnya si ayah memberikan syarat dalam nama anaknya ada arti yang mengarah pada sifat berani, tegar, pejuang, tangguh, sehingga keluargapun ikut membantu mencarikan nama dan ditetapkanlah namanya "Ghaziatul Humairah" yang artinya kesatria perempuan yang pipinya kemerah-merahan. ini saat Humairah umur 5 hari, habis berjemur di depan rumah.


Tentang Akikahnya Humairah

Sebelumnya saya dan suami sudah sepakat untuk mengadakan akikahnya Humairah di rumah neneknya saja karena keterbatasan kami dalam hal tenaga, peralatan dan sebagainya, apalagi ketika hari H akikah itu ayah Humairah masih mengawasi ujian kenaikan tingkat siswanya. Semua keperluan sudah diserahkan pada mertua dan rencananya kami tinggal hadir saja saat acara akan dimulai. Berhubung tidak perlu menyiapkan apapun, saya dan mama yang datang dari luar kota melihat cucunya hanya santai ria di rumah saat itu.
Tiba-tiba setelah Sholat Dhuhur, kakak iparku datang ke rumah untuk memberi kabar bahwa acara akikah tidak bisa dilaksanakan dirumah nenek Humairah karena suaminya sakit pinggang. 

Kebetulan waktu itu ada Ibu Umi tetangga sebelah yang lagi visit debay, beliau mengusulkan untuk mengadakan dirumah saja. Oh Noooo...ini kan tinggal beberapa jam lagi menjelang maghrib, namun bu umi tetap optimis dan akan membantunya, ternyata oh ternyata sore itu juga beliau pergi mengundang warga sekitar rumah (yang satu gang aja), lalu meminjam meja hidang, piring, sendok dan berbagai alat makan ke tetangga sekitar, alhamdulillah beberapa hidangan sudah disiapkan seperti lauk dan sayur yang dibuat oleh mertua. Kami tinggal menambahkan yang kurang-kurang saja.

Sesi yang mendebarkan bagi tuan rumah saat itu adalah menu kari kambing yang belum juga sampai di rumah padahal rombongan bapak jamaah masjid sudah selesai berdoa, dan mereka makan dengan hidangan yang ada. Akhirnya pemirsa si kambing yang sudah jadi kari itu datang di pertengahan makan bapak-bapak, huuuuft....untungnya ga ada tamu yang protes.

Alhamdulillah acara akikah yang dadakan pindah lokasi ini pun bisa berjalan sukses atas partisipasi warga dan keluarga, thank u all.





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rute Depok ke Ragunan

Mengenang Masa-Masa Itu Tidak habis pikir, saat nekat memutuskan berangkat ke keluar provinsi sendirian, senja itu di hari Sabtu. Setelah selesai piza party ultah teman di simpang nusantara, Depok. Saya sempatkan diri untuk silaturahim dengan seorang teman yang sejak merantau belum pernah bertemu. Saya kira ini waktu yang tepat untuk berkunjung. Ya keluar kota, dari Jawa Barat menuju DKI. Perjalanan dari Depok menuju Ragunan, Jakarta Selatan. Berikut rutenya: Naik angkot menuju stasiun depok, saya beli karcis ekonomi seharga Rp 1.500 menuju stasiun Pasar Minggu. Keluar dari stasiun pasar minggu gunakan  angkot S.15 yang parkir disebelahnya Ramayana. Jam sudah menunjukkan pukul 15.30 dan ini kali pertama saya ke daerah tersebut, Ramayana tempat pertama yang saya kunjungi karena sekalian mencari tempat sholat ashar. Keluar dari Ramayana hari mulai petang, sudah waktunya melanjutkan perjalanan. Setelah bertanya, saya temukan angkot ke Ragunan S15. Alamat yang diberikan

Rute Duri ke Pasir Pangaraian

Baru-baru ini daerah Pasir Pangaraian sedang ngetop dan banyak di kunjungi sebagai objek wisata religi. Terutama sejak berdirinya Masjid Agung Nasional Islamic Center, banyak rombongan yang berkunjung, mulai dari jemaah majlis ta'lim, rombongan sekolah, ibu-ibu RT dan Arisan, dan berbagai macam komunitas yang berkepentingan. Nah, kebetulan saya baru punya kesempatan berkunjung ke sana minggu lalu. Kami berangkat dari daerah Duri kecamatan Mandau. Rute yang kami pilih adalah melalui jalan rangau. Jika kita dari Jalan Hangtuah, masuk ke simpang rangau melewati simpang telkom. lalu lurus saja melewati jalan rangau hingga bertemu simpang jurong lalu belok kiri, lurus saja sampai bertemu simpang pelita,  setelah itu belok kiri dan kita pun sudah memasuki daerah Sontang, rokan hulu.Nanti ada simpang empat dan ada tugunya, kita belok kanan dan terus saja ikuti jalan raya dan ada simpang tiga, kalau arah kanan itu ke medan dan kiri ke pasir panggaraian. jika sudah masuk ini perjalanan k

Puisi Matahari

Berikut ini saya lampirkan beberapa bait puisi karya anak, siswa kelas 2 SD saat itu kami sedang belajar tema matahari. BAgi yang mau berkunjung ke sekolah kami dan berkenalan dengan mereka bisa langsung ke Jalan Stadion, depan RSUD Mandau, Duri. Puisi Matahari Karya : SD 2 Sekolah Alam Duri *Ghassan Cahaya matahari terang Sinarnya terasa hangat Tanpa matahari aku akan terasa gelap selama hidup *Aisyi Panasmu membuatku hangat Terangmu yang membuatku semangat Apimu bewarna orange *M. Syamil Matahari Bercahaya dipagi hari Sinarnya terasa hangat *Riza Matahari  yang tercinta Dia warna kuning *Syamil M Matahari...kamu lebih kuat Kamu lebih besar dari pada yang lain *Haris A Rasyid Terimakasih matahari karena meyinari bumi Tanpa matahari bumi gelap gulita Sinar matahari membuat aku hangat *Fifi Cahayamu sangat terang Aku membutuhkanmu disaat pagi Seperti api yang menyala Kau menyemangatkan hidupku *Aira Panasmu